Beranda Blog Potensi Alam Indonesia Dijadikan Sukanto Tanoto Untuk Go International

Potensi Alam Indonesia Dijadikan Sukanto Tanoto Untuk Go International

1031
0
Potensi Alam Indonesia Dijadikan Sukanto Tanoto Untuk Go International

Image Source: Asianagri.com

http://www.asianagri.com/images/articles/penciptaan-nilai-bersama/HamparanSawit-01.png

            Potensi alam Indonesia sedemikian besar. Banyak yang tahu, namun hanya sedikit yang mampu memanfaatkannya secara maksimal. Akan tetapi, pengusaha Sukanto Tanoto berhasil menjadikannya senjata untuk melaju ke pentas internasional.

Sukanto Tanoto merupakan pendiri sekaligus Chairman Royal Golden Eagle (RGE). Perusahaannya ini berkecimpung di bidang sumber daya alam. Mereka memiliki unit-unit bisnis yang bergerak di beberapa sektor berbeda, mulai dari kelapa sawit, selulosa spesial, pulp dan kertas, serat viscose, hingga minyak dan gas.

RGE didirikan oleh Sukanto Tanoto pada 1973. Sejak itu, mereka terus berkembang hingga menjadi korporasi kelas internasional dengan aset hingga 18 miliar dolar Amerika Serikat seperti sekarang.

Pencapaian itu jelas luar biasa. Pasalnya, Sukanto Tanoto benar-benar memulai dari nol. Ia pernah berkata, “Saya memulainya dari tidak apa-apa, dari dasar. Saya tidak pernah berpikir suatu hari akan memiliki bisnis yang global, tapi saya memang ingin selalu menjadi lebih besar.”

Saat ini, RGE sudah mampu bersaing di pentas global. Unit-unit bisnisnya merupakan para pemain penting di industrinya masing-masing. Lebih hebat lagi, beberapa di antaranya berhasil karena memanfaatkan potensi alam Indonesia untuk menembus persaingan di tingkat internasional.

Pencapaian Asian Agri menjadi salah satu contoh termudah. Mereka adalah unit bisnis RGE yang bergerak di industri kelapa sawit. Berdiri pada 1979, Asian Agri sudah menjadi salah satu produsen crude palm oil terbesar di Asia. Per tahun, mereka sanggup menembus kapasitas produksi hingga satu juta ton.

Asian Agri bisa seperti sekarang karena Sukanto Tanoto jeli memanfaatkan potensi alam Indonesia. Perlu diketahui, kelapa sawit sebetulnya bukan tanaman asli Indonesia. Seperti dipaparkan oleh Gapki.id, kelapa sawit didatangkan oleh Belanda dari Afrika.

Ketika itu hanya ada empat biji kelapa sawit yang akhirnya ditanam di Kebun Raya Bogor. Belanda menanamnya pada 1848. Namun, karena mampu tumbuh subur, tanaman kelapa sawit menyebar di Indonesia. Hingga pada 1910 sudah mulai ada perkebunan kelapa sawit di dalam negeri.

Kelapa sawit disebut oleh Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Jko Supriyono, di Gapki.id sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada Indonesia. Sebab, meski tidak berasal dari Indonesia, tanaman ini justru bisa tumbuh dengan baik.

Memang ada syarat khusus yang membuat kelapa sawit bisa berkembang subur. Tanaman ini hanya tumbuh baik di daerah sepanjang garis khatulistiwa dengan curah hujan tinggi. Selain itu, diperlukan beberapa syarat lain yang mendukung pertumbuhannya.

Tidak banyak daerah yang memenuhi persyaratan tersebut. Cuma Indonesia, Malaysia, serta sebagian kecil kawasan Afrika, Amerika Latin, dan Amerika Tengah yang memilikinya. Alhasil, kelapa sawit tumbuh baik di kondisi alam negeri kita.

Beruntung pengusaha Sukanto Tanoto menyadari hal tersebut. Penyebabnya ia tengah bepergian ke Malaysia. Di sana ia menemukan sejumlah perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan asal Inggris.

Pemandangan itu segera mengusik hatinya. Sukanto Tanoto ingin memiliki perkebunan serupa di Indonesia.

“Saya melihat Sime Darby, Guthrie, dan perusahaan kelapa sawit asal Inggris lain yang berjalan baik. Tapi, saya menyadari lahan di Indonesia lebih murah, dan pasarnya lebih besar. Jadi, saya berpikir, mengapa tidak membangun di sini?,” kata Sukanto Tanoto.

Tanpa ragu, Sukanto Tanoto segera mendirikan Asian Agri. Ia membangun pabrik lalu membangun perkebunan pertamanya di kawasan Gunung Melayu. Setelah itu, semua menjadi cerita besar. Perusahaannya ini telah mampu menjadi perusahaan besar yang menyuplai kebutuhan minyak kelapa sawit global.

OPTIMALISASI PERKEBUNAN

Potensi Alam Indonesia Dijadikan Sukanto Tanoto Untuk Go International

Image Source: Asianagri.com

http://www.asianagri.com/images/articles/bisnis-kami/5002057edit.jpg

 

Perkebunan yang dibangun oleh Asian Agri di Gunung Melayu pada 1983 hanyalah awal. Sejak saat itu, mereka terus membangun perkebunan-perkebunan lain. Itu membuat sampai saat ini, perusahaan Sukanto Tanoto tersebut memiliki 27 perkebunan.

Total luas lahan perkebunan yang dipunyai mencapai 160 ribu hektare. Perkebunan-perkebunan tersebut tersebar di tiga provinsi yakni Sumatra Utara, Riau, dan Jambi.

Ternyata pemilihan tiga provinsi tersebut tidak asal-asalan. Asian Agri ingin memaksimalkan potensi alam Indonesia. Mereka tahu bahwa kelapa sawit tumbuh subur di sekitar 10 derajat Lintang Utara dan Selatan dari garis khatulistiwa.

Kebetulan garis imajiner tersebut membelah Pulau Sumatera. Riau, Jambi, dan Sumatra Utara berada di dalam area tersebut. Inilah yang akhirnya membuat Sukanto Tanoto memutuskan untuk membangun perkebunan kelapa sawit di sana.

Pada akhirnya, langkah itu terbukti tepat. Pertumbuhan kelapa sawit sangat optimal ketika didukung dengan tanah yang subur. Apalagi jika dipadu dengan sistem pengelolaan yang mengikuti tata cara berkebun yang baik. Makin baiklah hasil perkebunan kelapa sawit.

Saat ini, Asian Agri sudah mampu memanen Tandan Buah Segar (TBS) dalam 30 bulan setelah kelapa sawit ditanam. Hasil TBS juga akan terus meroket hingga tahun kedelapan. Setelah itu, pertumbuhan hasil panen akan cenderung stagnan.

“Selama lebih dari 30 tahun, Asian Agri telah mengembangkan sebuah strategi terpadu yang ditujukan untuk memproduksi dan mengolah produk kelapa sawit. Itu dilakukan dengan memanfaatkan seluruh keunggulan dari berbagai macam kondisi alam di Indonesia yang membuat indonesia menjadi salah satu daerah penghasil minyak sawit paling ideal di dunia,” papar Asian Agri di situs resminya.

Untuk mendukung optimalisasi potensi alam Indonesia, Asian Agri melakukan sejumlah upaya intensifikasi perkebunan kelapa sawit. Kegiatannya terdiri dari pemilihan material tanaman unggul untuk kebun kelapa sawit serta pemilihan jenis dan aplikasi pemupukan yang efektif.

Menurut Head of Agronomy Department di Asian Agri R&D Centre Bahilang, Abdul Aziz, intensifikasi merupakan solusi untuk mengoptimalkan hasil perkebunan. Katanya, “Kualitas dan konsistensi pemupukan tanaman menjadi faktor yang sangat menentukan peningkatan produksi kelapa sawit. Sebab, proses pemupukan menyediakan unsur hara sebagai nutrisi yang dibutuhkan tanaman,” ujar Aziz.

Sementara itu, Asian Agri juga melakukan rekayasa genetika untuk menghasilkan bibit berkualitas. Mereka telah melakukannya sejak lama hingga akhirnya membuahkan bibit unggul yang dinamai Topaz.

Berkat Topaz, hasil perkebunan sangat optimal. TBS yang dipanen lebih banyak sejak panen pertama dilakukan.

“Bibit kelapa sawit Topaz mampu menghasilkan TBS dan minyak sawit mentah dengan jumlah di atas rata-rata, sehingga memberikan keuntungan bagi petani maupun perusahaan dengan jumlah lahan yang sama namun dengan hasil produksi yang lebih tinggi,” papar Aziz.

Sejumlah langkah yang diambil perusahaan Sukanto Tanoto tersebut untuk optimalisasi perkebunan itu memiliki tujuan meraih hasil produksi yang optimal. Mereka ingin memaksimalkan potensi alam Indonesia untuk perkebunan.

Selain itu, Asian Agri memang tidak mau menambah lahan baru untuk menjaga kelestarian alam. Oleh karena itu, perkebunan yang ada selama ini harus dioptimalkan untuk menjaga kapasitas produksi tetap tinggi.

Berkat itu, Asian Agri berkembang menjadi perusahaan yang bersaing di pasar internasional. Inilah yang menjadi bukti bahwa Sukanto Tanoto jeli memanfaatkan potensi alam Indonesia untuk bersaing di level global.

Artikulli paraprakYamaha FreeGo : Matic Canggih Untuk Segala Urusan
Artikulli tjetërApa Maksud Dari Catch One’s Eyes?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini